Jumat, 04 Maret 2011

CERPEN : Adikku Sayang, Adikku Manis.....

Jennie bernyanyi mengikuti alunan lagu Taylor Swift yang dipasangnya di iPod miliknya. Dia terus mengikuti alunan lagu si penyanyi Country itu sembari mengerjakan tugas. Dia anak pertama, jadi wajar kalau dia dibelikan apa saja yang diingkannya. Tapi kesenangan Jennie tak berlangsung lama. Saat ia berumur 5 tahun, adik perempuannya lahir. Orangtuanya pun mengalihkan perhatian dari gadis cantik mereka yang berambut agak curly panjang, bermata coklat, senyum yang manis ke bayi yang berusia 6 bulan itu. Awalnya, Jennie tak menyadari bahwa perhatian orang tuanya kepadanya mulai berkurang. Tapi, saat dia beranjak 11 tahun (sama kaya penulis dong! wkwk) sifatnya yang periang dan ramah memudar. Orang tua yang sangat sibuk membuatnya semakin kesal akan kehidupannya. Suatu saat di rumah keluarga Jennie..... "Ma, seragam Prita bagus gak?" "Cantiknya anak mama yang satu ini! Tentu saja bagus, sayang." ucap Mama kepada gadis kecilnya yang ingin memasuki sekolah SD itu. Jennie pura-pura tidak memperhatikan tingkah laku Mama dan adiknya itu, tetapi dalam hati dia sangat kesal. Mama malah memuji-muji diriku dulu saat ingin masuk SD, Mama bilang aku lebih cantik dari siapapun..., ucap Jennie dalam hati sambil mengoleskan selai ke rotinya.  "Kira-kira Prita punya banyak teman gak Ma, nanti di sekolah?" tanya Prita dengan gembira. "Tentu, pasti kamu punya banyak teman sama seperti kakakmu dulu." Jennie meniup poninya yang menutupi wajahnya yang cantik itu. Prita berlari ke hadapan kakaknya yang sedang mengunyah sepotong roti. "Benar? Apa benar, kak? Kakak punya banyak teman?" tanya Prita memegang tangan Jennie. "Cuma seberapa. Lepasin tangan kakak, ayo pergi," celetuk Jennie. Prita hanya rela melepaskan tangan kakaknya. Jennie melangkah keluar rumah membawa sisa rotinya. "Lho? Kakak mau kemana?" tanya adiknya penasaran. Yah, bocah kecil. Mau ke sekolah, lah! Kemana lagi emangnya pagi-pagi begini? Dasar.... ucapnya dalam hati. Dia menyapa Papanya yang sedang ada di garasi memanaskan mobil untuk mengantar kakak beradik itu. "Jen? Nga naik mobil?" Jennie hanya berjalan menerobos keluar rumahnya. "Hai, Jennie." Dia disambut oleh temannya, Tasya. "Pagi,"jawab Jennie acuh tak acuh. "Hayooo? Kenapa nih, berantem lagi sama adek?" tanya Tasya dengan lembut. "Biasa, cari perhatian terus sama Mama,"jawabnya lagi sambil menaruh tas. "Haha, bisa aja. Jangan gitu dong sama adik sendiri. Dia 'kan mau sekolah disini. Ini hari pertamanya, kamu jadi kakak yang baik dong?" Tasya menasihati. "Sya, Sya. Kamu kerjanya ceramah aja, ya?" Tasya tersenyum geli. Mereka pun turun ke lapangan. Tasya segera meninggalkan Jennie. "Bentar ya, aku mau nemenin adik dulu keliling sekolah," panggil Tasya lalu pergi ke arah kerumunan kelas 1. Tasya, kamu baik banget jadi orang. Adik aja diperhatiin, kakak yang baik. Pintar pula. Selalu rank pertama. Jennie menghela napas dan segera berbaris bersama teman-teman yang lain. "Oy, Jen. Gak nemenin si Prita? Dia kan sendirian," celoteh Vivi. Jennie menggelengkan kepala. Mereka mendengar suara mikrofon lalu berbaris dengan rapi. 
*SKIP*
 Pulang sekolah....... Jennie melambaikan tangannya ke Tasya, dia tersenyum. "Bilang 'Hai', Rangga," bisik Tasya kepada adiknya. Bocah yang bernama Rangga itu tersenyum kepada Jennie, "Hai, kakak!" Jennie tersenyum kecil. "Adikmu manis juga, Sya." "Sama seperti Prita, tadi dia juga tersenyum saat melihatku. Tadi ga ada yang nemenin dia, Jen? Kalo hilang gimana, nah yo?" Jennie tersenyum paksa. Lalu berjalan keluar sekolah. "Aku pulang!" sahut Jennie dari pintu rumahnya. Suara langkah kaki terdengar dari atas. "Kak, baru pulang?" tanya suara manis itu. Lagi-lagi bocah ini, udah lah yang penting dia udah sampai rumah.... "Kakak, capek Prita, udah sono main aja. Aku mau istirahat," cetus Jennie. Prita cemberut lalu berjalan ke arah dapur. Jennie menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu menyetel lagu. Coba aku hanya sendiri. Hidup tanpa bocah kecil ingusan kayak Prita ga ada di hidupku.....gumamnya.  "Non? Non Jennie? Ayo, makan dulu!" Terdengar suara Mbok Kanti. "Yaaa, sebentar mbok!" Jennie bergegas turun sambil membawa iPod-nya. "Makan dulu, non." Jennie duduk di meja makan sambil membaca majalah, mendengar lagu menggunakan headset. Prita berjalan masuk ke ruang makan. Ia melihat kakaknya membaca sesuatu. "Kak, Prita boleh baca?" Jennie menengok dan berkata, "baca aja majalah anak kecil. Ini majalah teenager." "Apa artinya?" "Remaja, sekarang makan aja tuh, keburu dingin," jawabnya ketus. "Kakak lagi dengerin apa? O, ya kakak bisa kasih tau Pri--" Jennie menghentamkan kakinya ke lantai dan berdiri menghadapi adiknya itu. "Kakak muak! M-U-A-K sama kamu! Bisanya caper aja! Anak ga tau malu!" bentak Jennie dengan keras sembari menonjok meja makan. Prita terdiam, matanya berkaca-kaca. Jennie berlari keluar rumahnya menuju taman. "KESEEEEL SAMA BOCIL YANG SOK TAHU ITU!" umpat Jennie keras saat tiba di rumah Tasya. "Hush, sabar Jen. Si Rangga lagi tidur," ucap Tasya memberikan minuman. "Aku ga peduli! Si bocil yang caper itu udah ngancurin hidup aku, Sya! Ga pernah diperhatiin ortu, selalu dia, dia, dia! Gak capek emang kaya begitu mulu?!" "Hush, udah jangan meledak disini. Nanti Rangga bangun," ucap Tasya lembut sembari mengelus pundak temannya itu. Kemarahan Jennie mulai reda. "Emangnya kamu kenapa sama Pri--" "Jangan ucap nama penghancur cilik itu," celetuk Jennie.
 Tasya tersenyum kecil. "Udah, udah. Adik memang begitu, kok. Aku juga sedikit kesal sih, adik doang yang diperhatiin. Tapi, 'kan namanya juga adik. Kita harus menjaga mereka, masih kecil pula. Jadi, wajar kalau suka nanya, ngomong sembarangan, bandel, suka cari perhatian. Kita jadi role model bagi adik. Jadi, Prita -udah jangan ngomel lagi- dia terus merhatiin kamu karena dia kan baru di sekolah, kamu tuh ibarat tampungan pengetahuan baginya. Aku aja begitu sama Rangga, kadang-kadang kesel, marah, senang. Adik itu yang harus kita perhatiin, Jen. Ngerti?" Tasya menasihati dengan panjang lebar.
 Jennie menghela napas yang panjang lalu berkata, "kamu orang yang bijak, Sya." Tasya tertawa kecil. "Udah, 'kan. Nah, sono pulang baikan sama Prita." Kali ini Jennie tidak mengelak, dia berterimakasih pada Tasya lalu memeluknya erat. "Makasih, Sya." "Sama-sama, Jen." "O, ya. 'Kan aku tamu, terus kenapa diusir suruh baikkan sama adik?" "Ush, udah sono hush hush, Rangga keganggu tidurnya."
 *****
Jennie kembali pulang dan menemukan adiknya di ruang tamu dengan mata sembab. "Priita....." "Hm?" Jennie memeluk adik kecilnya itu. "Maafin kakak, ya, Prita?" Prita mengangguk. Mereka itu masih kecil, perlu perlindungan dan seseorang yang membantu mereka... ucapnya dalam hati. Jennie mencium lembut rambut adiknya. Mbok Kanti menatap mereka berdua, "Duh, duh, duh kakak adik dari dulu......."
 Jennie memasak roti panggang untuk dimakan oleh mereka berdua. "Kakak, hari kedua sekolah, lebih buruk ga dari hari pertama?" tanya Prita tiba-tiba. Jennie menggeleng, "hari kedua pasti ga buruk. Kali ini ada kakak yang nemenin kamu." Prita tersenyum lebar, Jennie membalas senyumannya dengan tulus. Akhirnya aku tahu apa artinya seorang adik.... Selesai makan, mereka kembali ke ruang tamu. Prita lelah menonton tivi, ia pun terlelap di pangkuan kakaknya. "Adikku sayang, adikku manis....," ucap Jennie.
 ***** END

Kamis, 03 Maret 2011

Cerpen Teman-temanku yang baik

Fajar mulai menyingsing. Dan tandanya hari sudah pagi. Kriiiiiiiiiiiingggggg………kudengar suara jam bekerku yang membuatku langsung terbangun dan ku segera mematikan alarmnya. Lalu, aku langsung tidur lagi. Saat aku akan tidur lagi, tiba-tiba kecupan sebuah bibir mendarat di pipiku. Sontak saja, aku langsung terbangun.
               “Waaaaa……… ada hantu cium aku. Daddy, Mommy tolong!!!!!” teriakku keras.
               “Hahaha… ini Mommy, sayang. Bukan hantu.” kata orang yang menciumku tadi dan ternyata orang itu adalah, Mommy.
               “Huh, Mommy, aku kirain hantu.” kataku sebal pada Mommy.
               “Ya udah, kamu sekarang mandi. Daddy dan Mommy akan mengatar kamu ke sekolah baru. Hurry up!” ucap Mommy.
Setelah itu Mommy mengecupku sekali lagi dan langsung pergi.
               “Lagi-lagi sekolah baru!” batinku kesal.
Aku memang baru pindah dari Los Angeles dan sekarang aku tinggal di New York. Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi. “Sekolah baru…sekolah baru” batinku selalu. Setelah mandi aku berganti baju seragam, lalu menuju lantai bawah untuk sarapan. Setelah sarapan aku diantar Daddy dan Mommy menuju sekolah baru. Setelah sampai di Wilson School, (yang aku sebut sekolah baru/sekolah menyebalkan) Daddy, Mommy, dan aku turun dari mobil. Kami pun menuju kantor kepala sekolah.
               “Permisi, bu. Dimana ya, kantor kepala sekolah?” tanya Mommy anggun pada seorang guru.
               “Oh ibu tinggal lurus saja, nanti ibu belok ke kiri. Nah, di lorong itu ada tulisan “RUANG STAFF SEKOLAH” disitulah ruang kepala sekolah dan juga guru-guru lain” kata guru itu sambil menunjukkan arah kepada Mommy.
               “Wah, terima kasih ya, bu!” ucap Mommy berterima kasih kepada guru itu.
               “Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu, ya.” ucap guru itu.
Mommy pun mengganguk-angguk dan guru itu langsung pergi. Lalu kami pergi menuju ruang kepala sekolah. Tok..tok..tok.. Daddy mengetuk pintu ruangan itu. Tak disangka kepala sekolahnya yang membuka langsung pintunya.
               “Mari silahkan duduk Bu,Pak.” kata kepala sekolah itu mempersilahkan kami duduk. Lalu kami pun duduk.
               “Pasti Ibu dan Bapak adalah wali dari murid baru kelas 3, ya?” tanya kepala sekolah itu.
               “Iya, pak.” ucap Daddy.
               “Pak, saya mau putri saya dijaga dengan baik ya, Pak. Karena saya hanya ingin yang terbaik untuk dia.” Pinta Mommy pada kepala sekolah itu.
               “Baik, bu. Kami semua disini pasti akan menjaga seluruh murid.” Ucap kepala sekolah.
               “Ya sudah sekarang langsung masuk ke kelas saja ya. Kelas 3 teater. Sesuai dengan eskul yang anak bapak pilih kemarin.” lanjut kepala sekolah yang bernama, Mr. Hans.
Mr. Hans memanggil guru kelas 3 teater.
               “Halo, nama saya Ms. Key. Siapa namamu?” ucap guru itu kepadaku.
               “Nama saya Evanna Carolie Whizd. Ms. Key bisa panggil saya Carol.” ucapku gugup.
               “Oke, Carol, sekarang kamu ikut saya ke kelas, ya.” pinta Ms. Key.
               “I..i..i…iya miss.” jawabku gugup.
               “Hai, cantik, jangan gugup dong. Keep smile, please!” kata Ms. Key.
Carol hanya mengganguk.
               “Sayang, kamu ikut Ms. Key, ya. Papa & Mama pulang dulu. Nanti siang jam 11.00, Rein yang jemput. Kamu tenang saja, mama udah pesan sama Rein untuk jemput kamu.” kata mama sambil mengecupku.
Lalu pun mengecupku dan aku pun memeluk papa dan mama. Mama dan papa berlalu pergi sebelum itu mama sudah melambaikkan tangannya padaku.
               “Come on, Carol!” perintah Ms. Key.
Lalu kami berdua pun menuju kelas 3 teater.
               “Good morning, cllas.” kata Ms. Key sambil menyalakan AC kelas.
               “Good morning, Ms. Key.” kata murid-murid.
               “Oke, cllas. Sebelum kita mulai pelajaran, kita ada murid baru. Perkenalkan dirimu, nak!” ucap Ms. Key lembut.
               “Hai kawan, namaku Evanna Carolie Whizd. Kalian bisa memanggilku Carol.” kataku dengan gugup.
               “Carol, kamu duduk di depan Michael dan dibelakang Queily. Barisan kedua.” kata Ms. Key.
Aku langsung menuju tempat dudukku. Saat istirahat, cewek yang tempat duduknya di depanku dan teman-temannya menghampiriku.
               “Halo Carol. Namaku Queilya Rose. Ini Chamerone Dyne. Ini Cathy Jone. Dan itu Lucia Scher.” kata Queily memperkenalkan teman-temannya.
               “Hai……” ucap teman-teman Queily kompak.
               “Ooooh……hai juga!” ucapku.
               “Ya sudah. Wah, jam makan siang udah tiba. Ke kafetaria yuk!” ajak Lucia.
               “Yuk! Aku juga udah lapar nih.” Kata Dyne.
Kami pun berjalan bersama-sama menuju kafetaria. Di sepanjang jalan baik Queily, Dyne, Cathy, ataupun Lucia. Bercerita segala hal tentang kelas. Mereka bercerita bahwa Annie Mavour adalah cewek paling menyebalkan di kelas. Annie selalu membuat kegaduhan bersama kedua temannya, yaitu, Crossa Phidelpia dan Shaney Rove. Tak tahu berapa lama mereka bercerita, kami pun sudah sampai di kafetaria. Kami memilih tempat duduk lalu seorang pelayan datang ke tempat duduk kami.
               “Excuse me girls, what do you want?” tanya pelayan itu.
               “Cathy, kenapa pelayan itu berbahasa inggris?” bisik Carol kepada Cathy yang duduk disampingnya.
               “Pelayan disini memang harus menggunakan bahasa inggris. Jadi adik atau kakak kelas kita lebih senang membawa makanan dari rumah. Daripada dilayani pelayan yang membingungkan.” Jawab Cathy.
Aku hanya mangut-mangut mendengar penjelasan Cathy. Kamipun mulai memesan makanan.
               “What a special menu today?” tanya Queily.
               “Fruit Salad with fruit sauce.” Jawab pelayan itu.
               “Ok. I want fruit salad with avocado sauce and avocado juice too.” Kata Queily.
               “A new york deli today?” tanyaku.
               “Yes.” Jawab pelayan itu singkat.
               “I want new york deli, cupcake, and apple juice.” Kataku.
               “I want a packet of KFC.” Kata Dyne.
               “I want a hamburger and orange juice.” Kata Cathy.
               “I want a spaghetti, fruit cake, and milo.” Kata Lucia
               “All right, then. Let’s wait. It’s not be long.” kata pelayan itu.
Setelah itu makanan pun tiba. Kami langsung melahap semua makanan itu. Makananya enaaaakkk sekali!
               “Oh ya, Carol. Setiap Sabtu sekolah kita selalu berganti tema. Tema itu untuk 1 minggu. Jadi, baju kita bisa pas dengan tema-nya.” Jelas Queily.
               “Wah! Bagaimana cara menentukan temanya?” tanya Carol pada Queily.
               “Caranya…VOTING.” Jawab Queily dengan gemas karena fruit saladnya susah sekali dipotong.
               “So, tema minggu ini apa?” tanya Carol.
               “Sebenarnya, baju kamu sangat cocok dengan tema minggu ini. Tema minggu ini adalah Rainbow Color.” Jawab Queily.
               “Sorry ya, friend. Aku mau ambil jus jeruk dulu.” Kata Cathy sambil memegang gelas jus jeruknya yang tinggal sedikit.
               “Ok.” Jawab kami kompak.
Saat Cathy sedang berjalan menuju stand minuman, tiba-tiba tiga cewek yang sedang lewat tiba-tiba menabrak Cathy sampai jus jeruk yang dipegangnya tumpah ke bajunya.
               “Uppsss…Sorry” kata cewek itu sambil tersenyum.
               “Itu Annie Mavour dan teman-temannya.” Bisik Lucia pada Carol.
               “Oooo, jadi itu Annie Mavour.” Kata Carol lumayan keras.
               “Crossa, Shaney, kan aku dah bilang, aku itu banyak fans-nya.” Kata Annie.
               “Wah, kacau! Dia pasti mendengar ucapanmu.” Kata Dyne.
Carol pun sedikit menggeram. Dia langsung jalan kea rah Annie. Lalu, dia menolong Cathy dan melabrak Annie. Cathy langsung menuju meja kami.
               “Crossa, Shaney, ini lho fans aku.” Kata Annie dengan percaya diri.
               “Ihh…Siapa bilang? Kamu itu yang gede rasa. Amit-amit aku jadi fans kamu. Terus, tadi kamu itu kan sengaja nabrak Cathy kan?” kata Carol kesal.
               “Si Carol berani juga ya ngelawan Annie.” Bisik Dyne.
Cathy, Lucia, dan Queily hanya mengangguk kagum.
               “Wah, ternyata fansku pintar juga ya. Emang iya. Aku kan sengaja nabrak Cathy biar bajunya kena jus dan dia nangis..” kalimat Annie sedikit terpotong.
               “Mommy…Mommy…” lanjut Crossa dan Shaney.
               “Daripada kalian, Moo…Moo…Moo. Anak sapi ya,?” kata Carol sinis.
               “Heh, kamu itu anak baru. Udah macam-macam aja sama senior.” Ucap Shaney geram.
               “Senior apa Solebor?” Kata Carol sambil mengedipkan mata ke teman-temannya. Annie sedikit menggeram kesal.
               “Ok. Fine. Kamu berhasil lawan kita. Tapi, kita akan balas kamu dan teman-teman norakmu itu. Ingat itu! Carol kaya rol rambut” kata Annie.
               “Iya, aku akan ingat terus! Dan jangan lupa peristiwa hari ini, Annie kuda poni!” Jawab Carol meledek Annie.
Lalu, Annie and the gank meninggalkan kafetaria. Carol langsung kembali ke tempat duduknya.
               “Wah, kamu hebat bisa adu mulut sama Annie and the gank. Dan, makasih ya, udah nolongin aku.” Kata Cathy berterima kasih.
               “Iya, Cathy. Kita semua sahabat jadi harus saling tolong menolong.” Kata Carol sambil tersenyum.
               “Ok. Eh, kita ke taman yuk! Carol pasti harus nenangin diri.” Ajak Lucia.
Dyne pun menemani Cathy ke kamar mandi. Sedangkan, Queily dan Lucia menenangkan Carol.
Kriiiingggg!!! Bel masuk berbunyi dan semua harus masuk kelas. Semua anak di kelas 3 Teater akan memulai pelajaran Tata Ruang Teater yang baik. Semua mendengarkan Ms. Key. Tak terasa, hari mulai siang. Dan, Kriiinggg…Kriiiinggg. Semua murid bersorak kegirangan. Ini adalah waktunya untuk pulang. Hah.. Aku lega ini sekolah yang aku impikan, batin Carol sambil merebahkan diri ke jok mobil. Sampai di rumah, Carol disambut oleh Eva, pelayan pribadinya.
               “Bagaimana rasanya hari pertama sekolah, Nona?” tanya Eva sopan sambil berjalan mengikuti Carol kedalam rumah.
               “Perfect, deh! Tapi, ada tiga cewek yang nyebelinnn banget. Namanya Annie, Shaney, dan Crossa. Tadi aja, aku labrak mereka di kafetaria. Soalnya, mereka itu sengaja dorong temanku, Cathy, biar jus jeruk yang dipegang Cathy numpahin bajunya. Terus aku adu mulut sama mereka bertiga. Si Annie juga bilang sama Shaney dan Crossa, kalo aku itu fansnya Annie. Padahal, boro-boro aku jadi fans dia, waktu itu kenal aja belum. Ihh… Dia itu pokoknya nyebelinnnnnn banget.” Cerita Carol panjang.
               “Wah! Nona memang hebat. Berani melabrak 3 orang gadis.” Puji Eva.
               “Iya, dong! Carol!” kata Carol percaya diri.
Eva hanya teresenyum.
               “Eva, tolong aku ambilin yoghurt ya! Aku capek banget, nih.” Pinta Carol saat Eva akan keluar dari kamarnya.
               “Baik, Nona.” Jawab Eva pendek.
Tiba-tiba, lagu Start of Something New keluar dari handphone Carol. Carol pun melihat siapa yang menelpon. Ternyata, yang menelpon adalah mamanya. Dia pun mengangkat telphonenya.
               “Halo Mommy, ada apa?” tanya Carol di awal telepon.
               “Nothing. Mommy cuma mau tanya, Gimana tadi kamu sekolah?” tanya Mommy balik.
               “Ceritanya panjang, Mom. Nanti aku ceritain aja ya di rumah.” Kata Carol sambil merebahkan diri ke kasur.
               “Ok, honey. Yang penting, kamu enakkan sekolah di situ?” tanya Mommy lagi.
               “Iya, Mom. Oh ya, Mom, sekarang aku udah punya teman. Namanya Cathy, Dyne, Queily, dan Lucia. Mereka itu baikkkk banget sama aku.” Kata Carol.
               “Anak Mommy memang hebat. Baru juga sehari sekolah, temannya udah punya 4.” Puji Mommy.
               “Iya, dong. Evanna Carolie Whizd, gitu loh!” puji Carol pada dirinya sendiri.
               “Ya udah ya, sayang. Nanti, Mommy sama Daddy mau ajak kamu makan malam di luar. Jadi, bilang sama Eva, Dorthy, Cela biar nggak usah masak.” Kata Mommy.
               “Ok, Mom.” Jawab Carol pendek.
               “Bye, Honey. I love you so much!!” kata Mommy mengakhiri pembicaraan.
               “Bye. I love you to.” Kata Carol lalu menutup telepon.
Saat Carol menutup telepon. Pintu kamar Carol diketuk seseorang. Carol lalu membukanya. Ternyata, itu Eva dengan membawa yoghurt kesukaannya.
               “Makasih ya, Eva.” Kata Carol di ambang pintu.
               “Iya, Nona. Nona juga harus segera makan siang. Ini sudah jam 11.28.” ucap Eva mengingatkan.
               “Iya. Eva tadi Mommy telepon katanya kamu, Dorthy, dan Cela nggak usah masak. Soalnya, nanti aku, Mommy, dan Daddy mau dinner di luar.” Kata Carol.
               “Baik, Nona. Saya permisi dulu.” Kata Eva sambil berjalan meninggalkan pintu kamar Carol.
Carol lalu menghabiskan yoghurt-nya. Setelah itu, dia berganti baju dan turun untuk makan siang. Setelah dia kenyang lalu kembali ke kamarnya dan tertidur lelap. Ketika, Carol bangun tidur handphonenya berbunyi lagi. Tapi, itu sms. Isinya, “Halo, Carol! Aku temen kamu” kata orang di sms itu. “Kamu itu siapa?” jawab Carol. “Masa nggak kenal. Ini Queilya Rose, teman kamu di Wilson School Academy.” Jawab orang itu. “Oh, Queily. Maaf ya, Queil, aku mau les dulu nih! Kapan-kapan, kita online aja. Kamu tinggal sms friendster kamu.” Kata Carol. “Ok. Namanya Queilya_chic.girls.” balas Queily. ”Thks.” Jawab Carol pendek.
               Setelah itu, Carol mandi lalu les piano. Malamnya, dia dijemput oleh Daddy. Lalu, mereka pulang untuk berganti baju. Mereka bertiga kemudian pergi lagi untuk dinner makan malam. Pukul 21.15 Carol dan orangtuanya sudah sampai dirumah. Sesampainya di rumah, Carol berganti baju tidur dan terlelap dalam mimpi indahnya.